
Tangerang | desak-news.com – Sejumlah pengusaha peternakan Bebek yang diduga tidak memiliki izin resmi menghiasi daerah Kabupaten Tangerang.
Selain dugaan tak memiliki izin, keberadaan peternakan Bebek yang terletak tak jauh dari pemukiman warga, rupanya menyimpan keresahan tentang aroma bau menyengat di lingkungan sekitar.
Baru-baru ini warga Kampung Bojong Sapi RT 01 RW 03 Desa Cibugel Kecamatan Cisoka mengabarkan tentang keberadaan peternakan Bebek petelur pemicu polemik yang diketahui milik inisial AS.
Berbagai aroma tak sedap yang menghampiri kerap mengganggu kenyamanan dan kesehatan lingkungan warga dan pengguna jalan yang melintas.
Hal tersebut dikatakan Acong salah seorang warga yang terkena dampak bau di sekitar area peternakan.
Acong menyebut jika aroma bau yang dihasilkan dari peternakan tersebut AS tak pernah menggubris soal keluhan warga yang berdekatan dengan rumahnya.
“Kami sebagai warga yang berada di sekitar area peternakan Bebek ini sebetulnya sudah resah dari aroma bau busuk yang mengganggu kenyamanan kami, namun sepertinya si pemilik peternakan tak mengindahkan keluhan warga”, kata Acong kepada desak-news.com ditemui di kediaman-Nya. Selasa (20/05/2025) kemarin.
Acong menyebut, jika keberadaan peternakan Bebek petelur di wilayahnya itu berdiri lebih kurang 2 tahun.
“Lebih kurang 2 tahunan peternakan Bebek itu sudah ada disini”, cetusnya.
Selain itu, lanjutnya, aroma yang dihasilkan dari peternakan Bebek tersebut bukan hanya menyengat yang berasal dari kotoran, tetapi juga pakan untuk Bebek jenis udang busuk pun bau menyebar ke lingkungan sekitar.
“Jadi untuk makanan Bebek itu dari udang busuk yang digiling oleh mesin, baunya luar biasa” ,ungkapnya melanjutkan.
Disisi lain, Kepala Desa (Kades) Cibugel Sudarwan, Amd.Kes membenarkan bahwa, semenjak keberadaan peternakan Bebek petelur di wilayahnya itu banyak warga yang komplain akibat bau terpancar di lingkungan sekitar.
Sudarwan mengaku, jika pihaknya sudah berupaya memberikan arahan terhadap AS (pemilik peternakan) untuk di carikan solusinya, agar aroma bau busuk tidak mengganggu kenyamanan warganya.
“Benar, selama keberadaan peternakan Bebek petelur itu, banyak warga kami yang komplain akibat sering mencium aroma bau menyengat.
“Pihak kami sudah memberikan arahan ke pemilik peternakan, biar kita carikan solusi supaya kenyamanan warga tidak terganggu, tapi sampai sekarang si pemilik belum ada obrolan lagi sama kami”,bebernya Sudarwan saat di hubungi pada Jumat 23 Mei 2025.
Sudarwan menjelaskan, dalam fase keberadaan peternakan di wilayahnya tersebut, mulanya AS hanya memiliki kandang kecil dengan kapasitas ratusan ekor.
Selama keberadannya lebih kurang 2 tahun, namun kini kandang dan kapasitas Bebek milik AS telah memiliki jumlah ekor yang signifikan.
“Pertama beraktivitas kan hanya punya kandang kecil, jumlah Bebeknya juga gak banyak, paling ada ratusan ekor, tapi kesininya selama lebih kurang 2 tahun kandang sama kapasitas Bebeknya makin tambah banyak”, urainya.
Ia menerangkan bahwa, AS dan juga yang berdomisili sebagai warga Desa Cibugel sempat membuat Surat Keterangan Usaha (SKU) di Kantor Desa setempat kala itu.
Pihak Pemerintah Desa, sambungnya, sempat menyampaikan arahan terhadap pemilik peternakan untuk membuat surat izin lingkungan sebagai bentuk memberikan kepastian hukum.
Namun sayangnya hingga kini AS masih mengacuhkan arahan dari pihak Pemerintah Desa setempat.
“Waktu itu sempat bikin SKU di Kantor Desa, dan kami pun sering memberikan arahan kalau surat izin lingkungannya juga di urus, tapi sampai sekarang belum ditempuh juga”, katanya.
Dari serangkaian peristiwa yang terjadi di tengah warga Desa Cibugel hingga memicu polemik tentang keberadaan peternakan Bebek petelur.
Pria yang juga berprofesi sebagai tenaga kesehatan itu menerangkan bahwa, jika warga setempat juga kerap meminta agar pihak Pemerintah Desa dapat memberikan tindakan nyata yang saat ini sedang di hadapi oleh warga.
“Ya kalo memang warga merasa terganggu kenyamanannya, saya sudah sampaikan kalau keluhan itu tolong di musyawarahkan dahulu sama Ketua RT dan RW setempat untuk membuat sebuah Petisi penolakan.
Dan kemudian bisa disampaikan ke saya yang nantinya akan saya kumpulkan untuk dilakukan rapat dengan warga, tokoh masyarakat, pemilik peternakan dan pihak Pemerintah Desa”, tandasnya.
Sebagai rangkuman tentang peristiwa tersebut, bagi sebagian pengusaha peternakan Bebek yang letak keberadaannya berdekatan dengan pemukiman warga, diharapkan agar memiliki kesadaran akan adanya polusi yang menimbulkan masalah berkelanjutan di lingkungan sekitar.
(Andi Farma)