
Tangerang | desak-news.com – Seorang wanita muda bernama Delita Indri Restulahi (22) yang berprofesi sebagai Sales (Tenaga Penjual) diduga mengalami penganiayaan oleh seorang pria rekan kerjanya berinisal AS.
AS yang diketahui sama-sama berprofesi sebagai Sales, jauh lebih lama bekerja dibanding Delita (korban).
Mereka berdua bekerja sebagai Sales Perumahan di “Perumnas Parayasa” salah satu milik perusahaan terbesar Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Selain itu, keduanya merupakan teman satu Kantor sebagai Marketing Point Parayasa yang beralamat di jalan raya Salimah Desa Lumpang Kecamatan Parung Panjang Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kepada desak-news.com Delita menceritakan kronologi kejadiannya secara rinci ketika dirinya dianiya AS.
Delita Indri Restulahi wanita yang kerap disapa Delita, tinggal di Perumahan Taman Adiyasa Blok E.14 Nomor.26 RT.006 RW.007 Desa Cikasungka Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang, Banten.
Kejadian bermula ketika AS menegur Delita pada kamis 23/01/2025 setelah kursi kantor yang dipakainya usai melayani konsumen terlihat berantakan.
Kendati hari itu, kata Delita, ia kebetulan kena jadwal piket bersih-bersih Kantor yang sudah masing-masing ditentukan.
Hingga akhirnya AS kesal dan mereka berdua terjadi cekcok, lalu dengan rasa ketidak terimaan AS sebagai senior dan kemudian pihaknya mengirimkan sebuah Voice Note (VN) melalui pesan singkat kepada Delita.
“Gua tunggu lu besok oke, gua gak lihat lu cewek apa cowok ya, gua tunggu lu jadwal apa besok, gua datengin oke, “ucap AS dalam isi VN melalui pesan singkatnya yang ditunjukan Delita kepada desak-news.com saat ditemui di kediamannya. Kamis 30 januari 2025.
Setelah mendapat pesan karena merasa dibawah ancaman, ia pun mengadukan isi pesan AS kepada atasannya.
Mengetahui hal tersebut, kedua atasannya pun memutuskan untuk memisahkan tugasnya ditempat yang berbeda.
Ia (Delita) saat itu ditempatkan di Pameran yang berlokasi di jalan Melawai tepatnya di Blok M Square, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sedangkan AS masih tetap di disposisikan tugas di kantor Marketing Point Parayasa.
Penganiayaan itu terjadi ketika AS menyambangi Delita yang sedang bertugas di pameran selang satu hari pasca keduanya cekcok.
Delita mengaku dianiya oleh AS sesaat dirinya sedang melayani konsumen, ia dijambak lalu kemudian di cekik dan bagian tangannya dipelintir.
“Setelah kita cekcok, waktu itu kan jadwalnya kita sengaja dipisahin sama Supervisor (SPV), aku jadwal Pameran, dia jadwal di kantor.
“Disitu, aku keadaan pas lagi ada Customer (Konsumen) ya kan lagi ngejelasin produk aku.
“Terus dia (AS) ngedatanganin aku ke Pameran di Blok M Square, lalu tiba-tiba AS nyubit sama ngejambak rambut aku, nah itu memang aku sebelumnya udah mengadu sama atasan aku SPV sama SMM.
Terus kata dia gini, maksud lo (kamu) apa ngadu-ngadu ke pak dani sambil nunjukin HP kaya gini, dan aku bilang, lu gak ngeliat ni gua lagi ada tamu (konsumen) bisa nanti gak, terus kata dia, gua gak mandang lu ada tamu, “dijelaskannya Delita.
Wanita muda itu juga menambahkan, ketika dengan situasi AS yang sedang membabi buta di muka umum, ia pun langsung ditarik oleh salah satu temannya yang kebetulan sedang ditugaskan untuk menjagannya di Pameran.
“Nah pas itu aku ditarik tuh sama temen aku satu cowok, yang suruh jagain aku, sebenernya ada dua orang cowok sih disitu, pas aku ditarik, leher aku dicekik AS, dicakar, karena aku kan ngelawan ya (membela diri), dan tangan aku dua-duanya dipegang sambil dipelintir, aku gak bisa ngapa-ngapain, dan aku ditarik lagi tuh sama temen aku misahin ya, dan disitu aku langsung disuruh pulang, “bebernya.
Saat dihubungi, mendengar kabar mengejutkan dari Delita, kedua orang tuanya pun lalu bergegas menjemputnya ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Blok M Square ditempat ia bertugas.
Setelah dijemput, melihat kondisi anaknya mengalami luka-luka dibeberapa bagian tubuh. Kedua orang tuanya lalu membawanya ke Klinik Kuncoro sekitaran wilayah Cikasungka, Solear untuk melakukan pengobatan.
Akibat penganiayaan yang diduga dilakukan AS, Delita kini merasakan sakit di beberapa bagian tangan, leher dan wajah, hingga dokter mendiagnosis “Trauma Memar”.
“Aku gemeteran waktu itu, aku takut, sampai sekarang tangan aku masih sakit, “pungkasnya.
(Andi Farma)